Langsung ke konten utama

Pemerintah akan mengakuisisi Barata dengan BBI


Menteri BUMN Dahlan Iskan berkunjung ke Kota Madiun dan Magetan pada Jumat dan Sabtu. Selain itu Dahlan juga mengunjungi Pondok Sabilul Muttaqin (PSM) di Kecamatan Takeran, Kabupaten Magetan, yang dilanjutkan dengan rapat bersama 12 direktur utama BUMN di kantor PT INKA.
- Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan menyatakan akan menggabung dua perusahaan besar milik pemerintah yang bergerak di bidang "engineering" yakni PT Barata Indonesia dan PT Boma Bisma Indra (BBI).

"Istilah yang tepat adalah akuisisi bukan gabung. Jadi, hasil rapat saya dengan 12 direktur utama BUMN di bidang engineering pada Jumat (13/1) malam adalah rencana pengakuisisian Barata dengan BBI. Kami simpulkan, BBI akan diakuisisi oleh Barata," ujar Dahlan Iskan kepada wartawan di Madiun, Sabtu.

Menurut dia, penggabungan dua BUMN ini adalah karena alasan keefektifan kinerja. Dahlan memandang PT Barata Indonesia saat ini sudah berada pada masa konsolidasi, sedangkan PT BBI baru berada pada masa kristalisasi.

Sehingga, akan lebih baik jika keduanya digabung. Dalam proses penggabungan atau akuisisi itu nantinya, PT Barata Indonesia akan fokus pada pabrik gula dan konstruksi baja, sedangkan PT BBI akan spesial pada pengadaan pabrik kelapa sawit.

"Sehingga kedua perusahaan BUMN ini akan fokus pada sesuatu hal yang saat ini sangat dibutuhkan oleh Indonesia. Seperti kebutuhan pabrik kelapa sawit, misalnya. Indonesia sangat membutuhkan ratusan keberadaan pabrik kelapa sawit, sebab selama ini prosesnya masih ditangani oleh pabrik luar negeri," terang mantan Direktur Utama PLN ini.

Target yang ingin dicapai dalam akuisisi dua BUMN tersebut adalah PT BBI harus memiliki kemampuan di bidang "engineering" untuk membuat pabrik kelapa sawit dan memasarkannya.

"Memasarkannya tersebut dalam artian adalah PT BBI harus mampu menyakinkan para perusahaan perkebunan kelapa sawit untuk memesan pabrik sebagai tempat mengolah kelapa sawit dan tidak dilempar ke pabrik kelapa sawit luar negeri," kata Dahlan.

Sebab, ia memandang hal tersebut merupakan peluang bisnis bagi PT BBI karena luas lahan kelapa sawit di Indonesia mencapai jutaan hektare sedangkan jumlah pabriknya sangat minim. Sejauh ini, pabrik kelapa sawit di Indonesia baru mencapai 100 unit.

Disinggung soal posisi PT Industri Kereta Api (INKA), Dahlan Iskan menyatakan belum ingin melakukan penggabungan terhadap BUMN pembuat kereta api tersebut, dengan BUMN lainnya. Hal ini karena PT INKA dipandang telah keluar dari masa krisisnya.

"Saya menilai PT INKA saat ini telah berada pada masa `take off`. Perusahaan ini telah mampu melewati masa krisisnya yang berupa fase kristalisasi dan konsolidasi. Sehingga saya melihat dia belum akan digabung dengan BUMN manapun dan tetap fokus sebagai industri kereta api," tegasnya.

Ia menambahkan, hal utama yang ingin dilakukannya terhadap sejumlah BUMN yang ada di Indonesia, adalah melakukan perubahan terhadap sejumlah BUMN pabrik gula yang saat ini berada pada posisi sulit. Dan juga sejumlah perusahaan galangan kapal Indonesia yang belum mampu memproduksi kapal bagi Indonesia sendiri.

"Saat ini ada empat perusahaan galangan kapal Indonesia yang harus dimajukan. Perusahaan-perusahaan itu harus dirombak bersatu untuk memproduksi kapal-kapal yang sangat dibutuhkan oleh Indonesia," katanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

hidrokarbon lengkap